Semiotika dalam fashion : wujud eksistensi

Fashion sebagai komunikasi yang memperkenalkan fashion dan pakaian  sebagai salah satu cara mengkomunikasikan identitas kelas, gender dan  masalah sosial dalam wujud eksistensi.

Fashion berasal dari kata latin factio yang memiliki arti suatu kegiatan yang dilakukan seseorang (Barnard, 1996). Sehingga dapat diartikan bahwa fashion adalah suatu mode atau tren yang sedang populer pada waktu tertentu. Fashion dapat mencakup banyak hal seperti makanan, busana, hiburan, dan sebagainya. Alex Thio dalam bukunya yang berjudul Sociology juga menjelaskan bahwa fashion memiliki kaitan yang erat dengan kebaharuan dan inovasi (Thio, 1989:582) Sehingga, fesyen cenderung tidak akan bertahan lama karena akan adanya pembaruan dan perputaran fesyen akan terus terjadi. Busana menjadi salah satu item yang memiliki daya tinggi terhadap fesyen dan selalu memiliki
pasar yang luas. Gaya hidup menjadi salah satu “kata” yang sedang dikondisikan oleh kehidupan saat ini
ini terutama untuk generasi milenial dalam berbusana (Featherstone, 2001:197). Mereka menginginkan untuk terus terlihat kekinian dengan cara menggunakan busana yang sedang tren. Sifat ini mengakibatkan generasi milenial cenderung lebih konsumtif dan tidak terlepas dari pengaruh media sosial (Soebiakto, 2018). Media memberikan banyak informasi mengenai apa saja yang sedang tren, salah satunya informasi mengenai busana. Sebesar 20,5% generasi milenial mengakui bahwa perilaku berbelanja dipengaruhi oleh media sosial dan 15,1% dipengaruhi oleh situs suatu merek tertentu
(Zheng, 2017)

Waktu adalah konsep sosio-budaya yang merepleksikan dan mengekspresikan situasi Social Ideal atau Real dalam pandangan masyarakat atau pribadi” (Polhemus dan Procter, 1978:13). Konsep waktu itu sendiri dapat  digunakan untuk mengekspresikan pandangan budaya atas dunia dan penderitaan  isinya. Pemahaman atas waktu tersebut diekspresikan atau direpleksikan
dalam busana: “tradisional, anti-fashion adalah model waktu sebagai  kontinuitas (menjaga status qua) dan fashion adalah model waktu sebagai  perubahan” (Polhemus dan Procter, 1978:13).

Flowers generation dalam kehidupan sehari-hari yang saya ambil ini untuk pemakaian fashion, selain penampilan nya yang vintage dalam kebudayaan menunjukkan perlawanan terhadap dunia untuk tidak melakukan kekerasan, penolakan terhadap perang dan cinta damai. Pada umumnya generasi bunga identik dengan penampilan yang nyentrik, aksesoris yang rame, pemilihan warna yang kontras, dan logo peace menunjukkan akan cinta akan perdamaian. 

Menurut Barthes (1967), dalam sistem semiotika, nyatanya bukan hanya kata-kata dan gambar saja yang dapat berperan sebagai penanda (penanda) dalam memproduksi makna, namun objek itu sendiri dapat menjadi penanda atau penanda. Dalam fesyen dunia ada beberapa faktor yang dapat dijadikan tanda untuk memberikan makna tertentu. Salah satunya dengan warna, karena warna dapat memberikan sudut padat atau persepsi tertentu (Marks, Mine, Origin & Sutton,
2009, hal. 46). Dijelaskan bahwa warna merah mendeskripsikan suatu hal yang berani. Merah muda, ungu muda dan salem cenderung memberikan kesan yang manis dan romantis. Sedangkan warna biru memberikan definisi personalitas yang cenderung tenang dan kuning memiliki makna optimis dan riang (Marks, Mine, Origin & Sutton, 2009, p. 26-27). Dapat dikatakan bahwa busana dapat memiliki makna dan fungsi seperti bahasa, “the language of fashion”. Walaupun adanya perbedaan pada jenis kelamin, usia, ras dan kelas dapat berarti berbeda pada penanda tersebut, tetapi sebagian besar akan mengaitkan atau berpendapat yang sama jika tanda tersebut sudah menjadi hal yang umum (Hall, 1997:38).

Jadi fashion keseharian pilihan saya mengambil era flowers generation dengan kaum Hippiesnya, jika kondisi sekarang semiotika sebagai penanda di Rana kreatif, adaptif, inovatif dan cinta damai. Ini lah bentuk wujud eksistensi sebagai komunikasi dan penanda terutama merepleksikan dan mengekspresikan situasi Social Ideal atau Real dalam pandangan masyarakat.

Begitulah kisah singkat kepribadian dari fashion yang saya pilih dalam penerapan semiotika. Tidak hanya fashion, saya yakin ada banyak lagi hal lainnya dalam kehidupan sehari-hari – hari kita yang bisa menjadi “tanda” atau “penanda”. Cukup sekian yang bisa saya sampaikan, saya ucapkan Terima Kasih.

Comments

Popular posts from this blog

PENELITIAN TENTANG DESAIN DIGITAL YANG DIBUAT INFLUENCER YOUTUBER MIAWAUG MENGGUNAKAN TEORI SEMIOTIKA